0
PEREKONOMIAN INDONESIA
Posted by Unknown
on
23.27
BAB V
Kemiskinan dan Kesenjangan
1.
Konsep dan Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi
ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar. Kemiskinan dapat disebabkan oleh
kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar ataupun sulitnya akses terhadap
pendidikan dan pekerjaan.
Besarnya kemiskinan dapat diukur dengan atau
tanpa mengacu kepada garis kemiskinan. Konsep yang mengacu kepada garis
kemiskinan disebut kemiskinan relatif, sedangkan konsep yang pengukurannya
tidak didasarkan pada garis kemiskinan disebut kemiskinan absolute. Kemiskian
relatif adalah suatu ukuran mengenai kesenjangan di dalam distribusi
pendapatan, yang biasanya dapat didefinisikan di dalam kaitannya dengan tingkat
rata-rata dari distribusi yang dimaksud. Di negara-negara maju, kemiskinan
relatif diukur sebagai suatu proporsi dari tingkat pendapatan rata-rata per
kapita. Sebagi suatu ukuran relatif, kemiskinan relatif dapat berbeda menurut
Negara atau periode di suatu Negara. Kemiskinan absolute adalah derajat dari
kemiskinan di bawah, dimana kebutuhan minimum untuk bertahan hidup tidak
terpenuhi.
2.
Garis Kemiskinan
Garis kemiskinan atau batas kemiskinan adalah
tingkat minimum pendapatan yang dianggap perlu dipenuhi untuk memperoleh
standar hidup yang mencukupi di suatu negara. Dalam praktiknya, pemahaman resmi
atau umum masyarakat mengenai garis kemiskinan (dan juga definisi kemiskinan)
lebih tinggi di negara maju daripada di negara berkembang.
Hampir setiap masyarakat memiliki rakyat yang
hidup dalam kemiskinan. Garis kemiskinan berguna sebagai perangkat ekonomi yang
dapat digunakan untuk mengukur rakyat miskin dan mempertimbangkan pembaharuan
sosio-ekonomi, misalnya seperti program peningkatan kesejahteraan dan asuransi
pengangguran untuk menanggulangi kemiskinan.
3.
Penyebab dan Dampak Kemiskinan
1. Penyebab Kemiskinan
A. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri
seseorang (faktor internal)
Rendahnya kualitas sumberdaya
manusia karena tingkat pendidikan (keterampilan) atau kesehatan rendah atau ada
hambatan budaya (budaya kemiskinan). Kesenjangan sosial dapat muncul sebagai
akibat dari nilai-nilai kebudayaan yang dianut oleh sekelompok orang itu
sendiri. Akibatnya, nilai-nilai luas, seperti apatis, cenderung menyerah pada
nasib, tidak mempunyai daya juang, dan tidak mempunyai orientasi kehidupan masa
depan. Dalam penjelasan Lewis (1969), kesenjangan sosial tipe ini muncul karena
masyarakat itu terkungkung dalam kebudayaan kemiskinan.
B. Faktor-faktor yang berasal dari luar
kemampuan seseorang (faktor eksternal),
Hal ini dapat terjadi
karena birokrasi atau ada peraturan-peraturan resmi (kebijakan), sehingga dapat
membatasi atau memperkecil akses seseorang untuk memanfaatkan kesempatan dan
peluang yang tersedia. Dengan kata lain, kesenjangan sosial bukan terjadi karena
seseorang malas bekerja atau tidak mempunyai kemampuan sebagai akibat
keterbatasan atau rendahnya kualitas sumberdaya manusia, tetapi karena ada
hambatan-hambatan atau tekanan-tekanan struktural. Kesenjangan sosial ini
merupakan salah satu penyebab munculnya kemiskinan struktural.
2. Dampak Kemiskinan
Dampak dari kemiskinan terhadap masyarakat
umumnya begitu banyak dan kompleks
1. Pengangguran
Sebagaimana kita ketahui jumlah pengangguran
terbuka tahun 2007 saja sebanyak 12,7 juta orang. Jumlah yang cukup “fantastis”
mengingat krisis multidimensional yang sedang dihadapi bangsa saat ini. Dengan
banyaknya pengangguran berarti banyak masyarakat tidak memiliki penghasilan
karena tidak bekerja. Karena tidak bekerja dan tidak memiliki penghasilan
mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan pangannya. Secara otomatis pengangguran
telah menurunkan daya saing dan beli masyarakat. Sehingga, akan memberikan
dampak secara langsung terhadap tingkat pendapatan, nutrisi, dan tingkat
pengeluaran rata-rata.
2. Kekerasan
Sesungguhnya kekerasan yang marak terjadi
akhir-akhir ini merupakan efek dari pengangguran. Karena seseorang tidak mampu
lagi mencari nafkah melalui jalan yang benar dan halal. Ketika tak ada lagi
jaminan bagi seseorang dapat bertahan dan menjaga keberlangsungan hidupnya maka
jalan pintas pun dilakukan. Misalnya, merampok, menodong, mencuri, atau menipu
[dengan cara mengintimidasi orang lain] di atas kendaraan umum dengan
berpura-pura kalau sanak keluarganya ada yang sakit dan butuh biaya besar untuk
operasi. Sehingga dengan mudah ia mendapatkan uang dari memalak.
3. Pendidikan
Tingkat putus sekolah yang tinggi merupakan
fenomena yang terjadi dewasa ini. Mahalnya biaya pendidikan membuat masyarakat
miskin tidak dapat lagi menjangkau dunia sekolah atau pendidikan. Jelas mereka
tak dapat menjangkau dunia pendidikan yang sangat mahal itu. Sebab, mereka
begitu miskin. Untuk makan satu kali sehari saja mereka sudah
kesulitan.Akhirnya kondisi masyarakat miskin semakin terpuruk lebih dalam.
Tingginya tingkat putus sekolah berdampak pada rendahya tingkat pendidikan
seseorang. Dengan begitu akan mengurangi kesempatan seseorang mendapatkan
pekerjaan yang lebih layak. Ini akan menyebabkan bertambahnya pengangguran
akibat tidak mampu bersaing di era globalisasi yang menuntut keterampilan di
segala bidang.
4. Kesehatan
Seperti kita ketahui, biaya pengobatan
sekarang sangat mahal. Hampir setiap klinik pengobatan apalagi rumah sakit
swasta besar menerapkan tarif atau ongkos pengobatan yang biayanya melangit.
Sehingga, biayanya tak terjangkau oleh kalangan miskin.
5. Konflik sosial bernuansa
SARA
Tanpa bersikap munafik konflik SARA muncul
akibat ketidakpuasan dan kekecewaan atas kondisi miskin yang akut. Hal ini
menjadi bukti lain dari kemiskinan yang kita alami. M Yudhi Haryono menyebut
akibat ketiadaan jaminan keadilan “keamanan” dan perlindungan hukum dari
negara, persoalan ekonomi-politik yang obyektif disublimasikan ke dalam
bentrokan identitas yang subjektif.
Terlebih lagi fenomena bencana alam yang kerap
melanda negeri ini yang berdampak langsung terhadap meningkatnya jumlah orang
miskin. Kesemuanya menambah deret panjang daftar kemiskinan. Dan, semuanya
terjadi hampir merata di setiap daerah di Indonesia. Baik di perdesaan maupun
perkotaan.
4.
Pertumbuhan Kesenjangan dan
Kemiskinan
Data 1970 – 1980
menunjukkan ada korelasi positif antara laju pertumbuhan dan tingkat
kesenjangan ekonomi. Semakin tinggi pertumbuhan PDB/pendapatan perkapita,
semakin besar perbedaan si kaya dengan si miskin.
Penelitian di
Asia Tenggara oleh Ahuja, dkk (1997) menyimpulkan bahwa selama periode 1970an
dan 198an ketimpangan distribusi pendapatan mulai menurun dan stabil, tapi
sejak awal 1990an ketimpangan meningkat kembali di LDC’s dan DC’s seperti Indonesia, Thaliland,
Inggris dan Swedia.
Janti (1997)
menyimpulkan è semakin besar
ketimpangan dalam distribusi pendapatan disebabkan oleh pergeseran demografi,
perubahan pasar buruh, dan perubahan kebijakan publik. Perubahan pasar buruh
ini disebabkan oleh kesenjangan pendapatan dari kepala keluarga dan semakin
besar saham pendapatan istri dalam jumlah pendapatan keluarga.
Hipotesis
Kuznetsè ada korelasi
positif atau negatif yang panjang antara tingkat pendapatan per kapita dengan
tingkat pemerataan distribusi pendapatan.
Dengan data
cross sectional (antara negara) dan time series, Simon Kuznets menemnukan bahwa
relasi kesenjangan pendapatan dan tingkat pendapatan perkapita berbentuk U
terbalik.
Hasil ini
menginterpretasikan: Evolusi distribusi pendapatan dalam proses transisi dari
ekonomi pedesaan ke ekonomi perkotaan (ekonomi industri) è Pada awal
proses pembangunan, ketimpangan distribusi pendapatan naik sebagai akibat
proses urbanisasi dan industrialisasi dan akhir proses pembangunan, ketimpangan
menurun karena sektor industri di kota sudah menyerap tenaga kerja dari desa atau produksi atau penciptaan
pendapatan dari pertanian lebih kecil.
Banyak studi
untuk menguji hipotesis Kuznets dengan hasil:
a.
Sebagian besar mendukung hipotesis tersebut, tapi
sebagian lain menolak
b. Hubungan
positif pertumbuhan ekonomi dan distribusi pendapatan hanya dalam jangka
panjang dan ada di DC’s
c.
Kurva bagian kesenjangan (kiri) lebih tidak stabil
daripada porsi kesenjangan menurun sebelah kanan.
Deininger dan
Squire (1995) dengan data deret waktu mengenai indeks Gini dari 486 observasi
dari 45 LDC’s dan DC’s (tahun 1947-1993) menunjukkan indeks Gini berkorelasi
positif antara tahun 1970an dengan tahun 1980an dan 1990an.
Anand dan Kanbur
(1993) mengkritik hasil studi Ahluwalia (1976) yang mendukung hipotesis
Kuznets. Keduanya menolak hipotesis Kuznets dan menyatakan bahwa distribusi
pendapatan tidak dapat dibandingkan antar Negara, karena konsep pendapatan,
unit populasi dan cakupan survey berbeda.
Ravallion dan
Datt (1996) menggunakan data India:
§
proxy dari pendapatan perkapita dengan
melogaritma jumlah produk domestik (dalam nilai riil) per orang (1951=0)
§
proxy tingkat kesenjangan adalah indeks Gini
dari konsumsi perorang (%)
Hasilnya
menunjukkan tahun 1950an-1990an rata-rata pendapatan perkapita meningkat dan
tren perkembangan tingkat kesenjangan menurun (negative).
Ranis, dkk
(1977) untuk China menunjukkan korelasi negative antara pendapatan dan
kesenjangan.
5.
Beberapa Indikator Kesenjangan
dan Kemiskinan
Kalau diuraikan satu persatu jumlah faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi, langsung maupun tidak langsung, tingkat kemiskinan
cukup banyak yaitu :
·
Mulai dari tingkat dan laju
pertumbuhan output (atau produktifitas tenaga kerja)
·
Tingkat upah neto
·
Distribusi pendapatan
·
Kesempatan kerja (termasuk jenis
pekerjaan yang tersedia)
·
Tingkat inflasi
·
Pajak dan subsidi
·
Investasi
·
Alokasi serta kualitas sda
·
Ketersediaan fasilitas umum
(seperti pendidikan dasar, kesehatan, informasi, transportasi, listrik, air dan
lokasi pemukiman)
·
Penggunaan teknologi
·
Tingkat dan jenis pendidikan
·
Kondisi fisik dan alam di suatu
wilayah seperti (etos kerja dan motivasi pekerja, kultur/budaya atau tradisi,
hingga politik, bencana alam dan peperangan).
Kalau diamati, sebagian besar dari faktor-faktor
tersebut juga mempengaruhi satu sama lain. Misalnya, tingkat pajak yang tinggi
membuat tingkat upah neto rendah dan ini bisa mengurangi motivasi kerjsa
seseorang sehingga produktivitasnya menurun selanjutnya mengakibatkan tingkat
upah netonya berkurang lagi, dan seterusnya. Jadi tidak mudah memastikan apakah
karena pajak naik atau produktivitasnya yang turun membuat pekerja jadi miskin
karena upah netonya rendah.
6.
Kemiskinan di Indonesia
Krisis Ekonomi tahun 1998 memberikan hantaman
yang besar terhadap perekonomian nasional, termasuk meningkatnya angka
kemiskinan masyarakat yang naik menjadi 49,50 Juta atau sekitar 24,23 % dari
jumlah penduduk Indonesia, dari hanya 34,01 Juta (17,47 %) pada tahun 1996.
Pada tahun 2013, sekitar 28 juta penduduk hidup di bawah Rp 293.000 per
bulan.Selain itu, 68 juta penduduk hidup sedikit di atas angka tersebut.
Kejadian kecil bisa dengan mudah membuat mereka jatuh miskin, dan memang banyak
keluarga keluar-masuk dari perangkap kemiskinan.
Secara umum, angka kemiskinan Indonesia sejak 1998 – 2011 terus menurun. Penurunan tersebut tidak lepas dari upaya keras pemerintah untuk menanggulangi kemiskinan melalui berbagai program pro-rakyat. Kendati belum bisa dikatakan maksimal, akan tetapi tren penurunan menunjukan bahwa program-program penanggulangan kemiskinan yang diluncurkan pemerintah telah memberikan efek positif bagi peningkatan kemampuan masyarakat dalam mengembangkan hak-hak dasar mereka.
Secara umum, angka kemiskinan Indonesia sejak 1998 – 2011 terus menurun. Penurunan tersebut tidak lepas dari upaya keras pemerintah untuk menanggulangi kemiskinan melalui berbagai program pro-rakyat. Kendati belum bisa dikatakan maksimal, akan tetapi tren penurunan menunjukan bahwa program-program penanggulangan kemiskinan yang diluncurkan pemerintah telah memberikan efek positif bagi peningkatan kemampuan masyarakat dalam mengembangkan hak-hak dasar mereka.
Sepanjang satu dekade terakhir, tingkat
kemiskinan dan jumlah penduduk miskin secara nasional terus menurun.
Namun demikian, untuk
mencapai target pemerintahan SBY – Boediono sebesar 8-10 persen pada akhir
tahun 2014 bukanlah pekerjaan mudah. Tahun 2010, tingkat kemiskinan
adalah 13,33 persen, atau 31,02 juta Jiwa penduduk hidup di bawah garis
kemiskinan. Dari Maret 2009 hingga Maret 2010, 14,7 juta penduduk keluar dari
garis kemiskinan, tetapi 13.2 juta lainnya jatuh kembali ke bawah garis
kemiskinan. Ini berarti bahwa secara absolut hanya sekitar 1,5 juta penduduk
yang keluar dari kemiskinan. Kelompok individu/penduduk yang berada dekat
dengan garis kemiskinan (hampir miskin/near poor) merupakan kelompok yang
rentan terhadap berbagai goncangan (shock).
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kuat telah
membantu mengurangi kemiskinan, dan tingkat kemiskinan turun dari 24% pada
tahun 1999 menjadi 11,4% pada 2013. Tetapi tingkat penurunan kemiskinan
melambat.
7.
Faktor-faktor Penyebab Kemiskinan
·
Penyebab individual, atau patologis,
yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan
dari si miskin. Contoh dari perilaku dan pilihan adalah penggunaan keuangan
tidak mengukur pemasukan.
·
Penyebab keluarga, yang
menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga. Penyebab keluarga juga
dapat berupa jumlah anggota keluarga yang tidak sebanding dengan pemasukan
keuangan keluarga.
·
Penyebab sub-budaya
(subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari,
dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar. Individu atau keluarga
yang mudah tergoda dengan keadaan tetangga adalah contohnya.
·
Penyebab agensi, yang melihat
kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah,
dan ekonomi. Contoh dari aksi orang lain lainnya adalah gaji atau honor
yang dikendalikan oleh orang atau pihak lain. Contoh lainnya adalah
perbudakan.
·
Penyebab struktural, yang
memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial.
8.
Kebijakan Anti Kemiskinan
1) Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) adalah kartu
yang diterbitkan oleh Pemerintah sebagai penanda keluarga kurang mampu, sebagai
pengganti Kartu Perlindungan Sosial (KPS).
2) Perlindungan Sosial (KPS)
Perlindungan Sosial (KPS) adalah kartu yang
diterbitkan oleh Pemerintah sebagai penanda Rumah Tangga Miskin. KPS memuat
informasi Nama Kepala Rumah Tangga, Nama Pasangan Kepala Rumah Tangga, Nama
Anggota Rumah Tangga Lain, Alamat Rumah Tangga, Nomor Kartu Keluarga,
dilengkapi dengan kode batang (barcode) beserta nomor identitas KPS yang unik.
Bagian depan bertuliskan Kartu Perlindungan Sosial dengan logo Garuda , dan
masa berlaku kartu.
Sebagai penanda Rumah Tangga Miskin, Kartu Perlindungan Sosial ini berguna untuk mendapatkan manfaat dari Program Subsidi Beras untuk masyarakat yang berpenghasilan rendah atau dikenal dengan Program RASKIN. Selain itu KPS dapat juga digunakan untuk mendapatkan manfaat program Bantuan Siswa Miskin (BSM) dan Program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM).
Sebagai penanda Rumah Tangga Miskin, Kartu Perlindungan Sosial ini berguna untuk mendapatkan manfaat dari Program Subsidi Beras untuk masyarakat yang berpenghasilan rendah atau dikenal dengan Program RASKIN. Selain itu KPS dapat juga digunakan untuk mendapatkan manfaat program Bantuan Siswa Miskin (BSM) dan Program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM).
Pemerintah mengeluarkan Kartu Perlindungan
Sosial ini kepada 15,5 juta Rumah Tangga Miskin dan rentan yang merupakan 25%
Rumah Tangga dengan status sosial ekonomi terendah di Indonesia.
3) Jaminan Kesehatan Nasional
Program Jaminan Kesehatan Masyarakat
(Jamkesmas) adalah program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi
masyarakat miskin dan hampir miskin.
Semenjak diberlakukannya Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN) semenjak 1 Januari 2014, maka program Jamkesmas melebur kedalam
program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikelola oleh Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
Masyarakat miskin dan hampir miskin yang
sebelumnya menjadi peserta Jamkesmas akan secara otomatis menjadi peserta JKN
ini.
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan
bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan
menggunakan mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory)
berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak yang diberikan kepada
setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah.
Untuk masyarakat miskin yang tadinya merupakan peserta Jamkesmas, iuran kepesertaannya dibayarkan oleh Pemerintah yang disebut sebagai Penerima Bantuan Iuran (PBI).
Untuk masyarakat miskin yang tadinya merupakan peserta Jamkesmas, iuran kepesertaannya dibayarkan oleh Pemerintah yang disebut sebagai Penerima Bantuan Iuran (PBI).
4) Program Keluarga Harapan (PKH)
Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program
perlindungan sosial yang memberikan bantuan tunai kepada Rumah Tangga Sangat
Miskin (RTSM) dan bagi anggota keluarga RTS diwajibkan melaksanakan persyaratan
dan ketentuan yang telah ditetapkan.
Program ini dalam jangka pendek bertujuan
mengurangi beban RTSM dan dalam jangka panjang diharapkan dapat memutus mata
rantai kemiskinan antar generasi, sehingga generasi berikutnya dapat keluar
dari perangkap kemiskinan.
5) Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
adalah program pemerintah untuk penyediaan biaya nonpersonalia bagi satuan
pendidikan dasar dan menengah pertama sebagai wujud pelaksanaan program wajib
belajar 9 tahun.
Tujuan
Mengurangi beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka wajib belajar sembilan tahun yang bermutu.
Mengurangi beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka wajib belajar sembilan tahun yang bermutu.
6) Beras Untuk Keluarga Miskin (Raskin)
Program Beras Untuk Keluarga Miskin (Raskin)
merupakan subsidi pangan yang diperuntukkan bagi keluarga miskin sebagai upaya
dari pemerintah untuk meningkatkan ketahanan pangan dan memberikan perlindungan
pada keluarga miskin.
Tujuan
Mengurangi beban pengeluaran Rumah Tangga Sasaran (RTS) melalui pemenuhan sebagian kebutuhan pangan pokok dalam bentuk beras dan mencegah penurunan konsumsi energi dan protein.Selain itu raskin bertujuan untuk meningkatkan / membuka akses pangan keluarga melalui penjualan beras kepada keluarga penerima manfaat dengan jumlah yang telah ditentukan.
Mengurangi beban pengeluaran Rumah Tangga Sasaran (RTS) melalui pemenuhan sebagian kebutuhan pangan pokok dalam bentuk beras dan mencegah penurunan konsumsi energi dan protein.Selain itu raskin bertujuan untuk meningkatkan / membuka akses pangan keluarga melalui penjualan beras kepada keluarga penerima manfaat dengan jumlah yang telah ditentukan.
7) Bantuan Siswa Miskin (BSM)
Program Bantuan Siswa Miskin (BSM) adalah
bantuan yang diberikan kepada siswa dari keluarga kurang mampu untuk dapat
melakukan kegiatan belajar di sekolah. Bantuan ini memberikan peluang bagi
siswa untuk mengikuti pendidikan di level yang lebih tinggi.
Tujuan
Agar siswa dari kalangan tidak mampu dapat terus melanjutkan pendidikan di sekolah. Selain itu juga bertujuan untuk mengurangi jumlah siswa putus sekolah akibat permasalahan biaya pendidikan.
Agar siswa dari kalangan tidak mampu dapat terus melanjutkan pendidikan di sekolah. Selain itu juga bertujuan untuk mengurangi jumlah siswa putus sekolah akibat permasalahan biaya pendidikan.
8) Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Mandiri ((PNPM Mandiri)
PNPM adalah program nasional dalam wujud
kerangka sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program – program penanggulangan
kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat.
9) Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah dana
pinjaman dalam bentuk Kredit Modal Kerja (KMK) dan atau Kredit Investasi (KI)
dengan plafon kredit dari Rp. 5 Juta sampai dengan Rp 500 Juta.
Tujuan
Meningkatkan akses pembiayaan perbankan yang sebelumnya hanya terbatas pada usaha berskala besar dan kurang menjangkau pelaku usaha mikro kecil dan menengah seperti usaha rumah tangga dan jenis usaha mikro lain yang bersifat informal, mempercepat pengembangan sektor riil dan pemberdayaan UMKM.
Tujuan
Meningkatkan akses pembiayaan perbankan yang sebelumnya hanya terbatas pada usaha berskala besar dan kurang menjangkau pelaku usaha mikro kecil dan menengah seperti usaha rumah tangga dan jenis usaha mikro lain yang bersifat informal, mempercepat pengembangan sektor riil dan pemberdayaan UMKM.
BAB
VI
Pembangunan
Ekonomi Daerah dan Otonomi Daerah
A.
UU Otonomi Daerah
Otonomi daerah di Indonesia adalah hak, wewenang, dan kewajiban
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Beberapa aturan perundang-undangan yang berhubungan dengan
pelaksanaan Otonomi Daerah:
1.
Undang-Undang No. 5 Tahun 1974
tentang Pokok-pokok Pemerintahan Di Daerah
2.
Undang-Undang No. 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah
3.
Undang-Undang No. 25 Tahun 1999
tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah
4.
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah
5.
Undang-Undang No. 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
6.
Perpu No. 3 Tahun 2005 tentang
Perubahan atas Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
7.
Undang-Undang No. 12 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah
B. Perubahan Penerimaan Daerah Dan Peranan Pendapatan Asli Daerah
Perubahan atas pendapatan, terutama PAD bisa saja berlatarbelakang
perilaku oportunisme para pembuat keputusan, khususnya birokrasai di SKPD dan
SKPKD. Namun, tak jarang perubahan APBD juga memuat preferensi politik para
politisi di parlemen daerah (DPRD). Anggaran pendapatan akan direvisi dalam
tahun anggaran yang sedang berjalan karena beberapa sebab, diantaranya
karena (a) tidak terprediksinya sumber penerimaan baru pada saat
penyusunan anggaran, (b) perubahan kebijakan tentang pajak dan retribusi
daerah, dan (c) penyesuaian target berdasarkan perkembangan terkini.
Ada beberapa kondisi yang menyebabkan mengapa perubahan atas
anggaran pendapatan terjadi, di antaranya:
1.
Target pendapatan dalam
APBD underestimated (dianggarkan terlalu rendah). Jika sebuah angka
untuk target pendapatan sudah ditetapkan dalam APBD, maka angka itu menjadi
target minimal yang harus dicapai oleh eksekutif. Target dimaksud merupakan
jumlah terendah yang “diperintahkan” oleh DPRD kepada eksekutif untuk dicari
dan menambah penerimaan dalam kas daerah.
2.
Alasan penentuan target PAD
oleh SKPD dapat dipahami sebagai praktik moral hazard yang
dilakukan agency yang dalam konteks pendapatan
adalah sebagai budget minimizer. Dalam penyusunan rancangan
anggaran yang menganut konsep partisipatif, SKPD mempunyai ruang untuk
membuat budget slack karena memiliki keunggulan informasi tentang
potensi pendapatan yang sesungguhnya dibanding DPRD.
3.
Jika dalam APBD “murni”
target PAD underestimated, maka dapat “dinaikkan” dalam APBD
Perubahan untuk kemudian digunakan sebagai dasar mengalokasikan pengeluaran
yang baru untuk belanja kegiatan dalam APBD-P. Penambahan target PAD ini dapat
diartikan sebagai hasil evaluasi atas “keberhasilan” belanja modal dalam
mengungkit (leveraging) PAD, khususnya yang terealiasai dan
tercapai outcome-nya pada tahun anggaran sebelumnya.
Kebijakan keuangan daerah diarahkan untuk meningkatkan pendapatan
asli daerah sebagai sumber utama pendapatan daerah yang dapat dipergunakan oleh
daerah dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan daerah sesuai dengan
kebutuhannya guna memperkecil ketergantungan dalam mendapatkan dana dan
pemerintah tingkat atas (subsidi). Dengan demikian usaha peningkatan pendapatan
asli daerah seharusnya dilihat dari perspektif yang Iebih luas tidak hanya ditinjau
dan segi daerah masing-masing tetapi daham kaitannya dengan kesatuan
perekonomian Indonesia. Pendapatan asli daerah itu sendiri, dianggap sebagai
alternatif untuk memperoleh tambahan dana yang dapat digunakan untuk berbagai
keperluan pengeluaran yang ditentukan oleh daerah sendiri khususnya keperluan
rutin. Oleh karena itu peningkatan pendapatan tersebut merupakan hal yang
dikehendaki setiap daerah. (Mamesa, 1995:30)
Sebagaimana telah diuraikan terlebih dahulu bahwa pendapatan
daerah dalam hal ini pendapatan asli daerah adalah salah satu sumber dana
pembiayaan pembangunan daerah pada Kenyataannya belum cukup memberikan
sumbangan bagi pertumbuhan daerah, hal ini mengharuskan pemerintah daerah
menggali dan meningkatkan pendapatan daerah terutama sumber pendapatan asli
daerah.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan pendapatan daerah yang
bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi Daerah, basil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah,
yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali
pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai mewujudan asas
desentralisasi. (Penjelasan UU No.33 Tahun 2004)
C. Pembangunan
Ekonomi Regional
Secara tradisional pembangunan memiliki arti peningkatan yang
terus menerus pada Gross Domestic Product atau Produk Domestik Bruto suatu
negara. Untuk daerah, makna pembangunan yang tradisional difokuskan pada
peningkatan Produk Domestik Regional Bruto suatu provinsi, kabupaten, atau
kota.
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah
daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola
kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu
lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan
ekonomi) dalam wilayah tersebut. (Lincolin Arsyad, 1999).
Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan ekonomi selain
menciptakan pertumbuhan yang setinggi-tingginya, harus pula menghapus atau
mengurangi tingkat kemiskinan, ketimpangan pendapatan dan tingkat pengangguran.
Kesempatan kerja bagi penduduk atau masyarakat akan memberikan pendapatan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya (Todaro, 2000).
Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada
penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada
kekhasan daerah yang bersangkutan dengan menggunakan potensi sumber daya
manusia, kelembagaan, dan sumberdaya fisik secara lokal (daerah). Orientasi ini
mengarahkan kita kepada pengambilan inisiatif-inisiatif yang berasal dari
daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk mencipatakan kesempatan kerja
baru dan merangsang peningkatan kegiatan ekonomi.
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses, yaitu proses yang
mencakup pembentukan institusi – institusi baru, pembangunan industri –
industri alternatif, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk
menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru,
alih ilmu pengetahuan, dan pengembangan perusahaan-perusahaan baru.
Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama
untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah.
Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan masyarakatnya
harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh karena
itu pemerintah daerah berserta pertisipasi masyarakatnya dan dengan menggunakan
sumber daya-sumber daya yang ada harus mampu menaksir potensi sumber daya yang
diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah.
D.
Faktor – Faktor Penyebab Ketimpangan
Sudah cukup banyak studi yang menganalisis faktor-faktor penyebab
terjadinya ketimpangan ekonomi antar provinsi atau wilayah di Indonesia. Di
antaranya dari Esmara (1975), Sediono dan Igusa (1992), Azis (1989), Hill dan
Wiliams (1989), Sondakh (1994), dan Safrizal (1997,2000). Kesimpulan dari semua
studi-studi tersebut adalah bahwa faktor-faktor utama penyebab terjadinya
ketimpangan ekonomi antar provinsi di Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Konsentrasi Kegiatan Ekonomi Wilayah
Konsentrasi kegiatan ekonomi yang tinggi di daerah tertentu
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya ketimpangan pembangunan
antar daerah. Ekonomi dari daerah dengan konsentrasi kegiatan ekonomi tinggi
cenderung tumbuh pesat. Sedangkan daerah dengan tingkat konsentrasi ekonomi
rendahan cenderung mempunyai tingkat pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang
lebih rendah. Di Indonesia, strategi pembangunan ekonomi nasional yang
diterapkan selama pemerintahan Orde Baru membuat secara langsung maupun tidak
langsung terpusatnya pembangunan ekonomi di Jawa, khususnya Jawa Barat dan Jawa
Timur, dan hingga tingkat tertentu di Sumatra. Ini membuat terbelakangnya
pembangunan ekonomi diprovinsi-provinsi di luar Jawa, khususnya di IKT.
Selain itu, memusatnya pembangunan ekonomi di Jawa juga disebabkan
oleh berbagai hal lain, di antaranya ketersediaan infrastruktur dan letak
geografis. Ekspansi ekonomi dalam pola seperti ini terbukti mempunyai pengaruh yang
merugikan bagi daerah-daerah lain, karena L dan K yang ada, serta kegiatan
perdagangan pindah dari daerah-daerah di luar Jawa ke Jawa. Khususnya migrasi
L, baik dari kategori L berpendidikan rendah maupun berpendidikan tinggi terus
mengalir ke Jawa, sehingga merugikan daerah-daerah lain salah satu faktor
produksi penting hilang di daerah-daerah. Kerugian yang dialami banyak daerah
di luar Jawa, khususnya IKT, karena terpusatnya kegiatan ekonomi nasional di
Jawa adalah salah satu contoh konkret dari apa yang dimaksud dengan efek
“penyurutan” dari kegiatan ekonomi yang terpusatkan di suatu daerah. Namun,
sebenarnya kegiatan ekonomi yang terpusatnya di Jawa tidak harus sepenuhnya
merugikan semua daerah lain, khususnya yang dekat dengan Jawa; atau tidak harus
memperbesar efek-efek polarisasi. Paling tidak dalam teori, pembangunan ekonomi
yang pesat di Jawa selama ini bisa juga memberi banyak keuntungan, misalnya
dalam bentuk ekspor dari daerah-daerah tersebut ke Jawa meningkat dan berarti
dampak positif terhadap pertumbuhan kesempatan kerja dan pendapatan di
daerah-daerah tersebut.
2. Alokasi Investasi
Indikator lain yang juga menujukkan pola serupa adalah distribusi
investasi (I) langsung, baik yang bersumber dari luar negeri (PMA) mau pun dari
dalam negeri (PMDN). Berdasarkan teori pertumbuhan ekonomi dari Harrod-Domar
yang menerangkan adanya korelasi positif antara tingkat I dan laju pertumbuhan
ekonomi, dapat di katakan bahwa kurangnya I di suatu wilayah membuat
pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan masyarakat per kapita di wilayah
tersebut rendah , karena tidak ada kegiatan kegiatan ekonomi yang produktif
seperti industri manufaktur.
E.
Pembangunan Indonesia Bagian Timur
Mengacu kepada hal itu strategi utama yang harus dibangun salah
satunya adalah penguatan konektivitas nasional. Guru Besar Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia (FEUI) Emil Salim mengatakan, untuk mengembangkan
keutuhan NKRI, perlu mengutamakan penggalakan konektivitas Indonesia bagian
barat dan timur. Sebab, menurut beliau, saat ini Indonesia bagian timur masih
tertinggal sehingga tidak menarik minat pengusaha berinvestasi di sana.
Indonesia bagian timur harus dibangun, harus dikembangkan terus, untuk
memperkuat perekonomian di Indonesia, koridor ekonomi di Sulawesi, Bali, Nusa
Tenggara, Papua, dan Kepulauan Maluku, masih mencatat angka buruk di semua
indikator kesejahteraan penduduk, kemiskinan, gizi buruk“.
F.
Teori dan analisis pembangunan ekonomi daerah
Ada sejumlah teori yang dapat menerangkan kenapa ada perbedaan
dalam tingkat pembangunan ekonomi antardaerah diantaranya yang umum digunakan
adalah teori basis ekonomi, teori lokasi dan teori daya tarik industri.
1. Teori pembangunan ekonomi daerah
a. Teori basis ekonomi
Teori basis ekonomi menyatakan bahwa faktor penentu utama
pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan
akan barang dan jasa dari luar daerah.
b. Teori lokasi
Teori lokasi juga sering digunakan untuk penentuan atau pengembangan
kawasan industri di suatu dareah. Inti pemikiran dari teori ini didasarkan pada
sifat rasional pengusaha/perusahaan yang cenderung mencari keuntungan setinggi
mungkin dengan biaya serendah mungkin oleh karena itu, pengusaha akan memilih
lokasi usaha yang memaksimalkan keuntungannya dan meminimalisasikan biaya usaha
atau produksinya, yakni lokasi yang dekat dengan tempat bahan baku dan pasar.
c. Teori daya tarik industri
Dalam upaya pembangunan ekonomi daerah di Indonesia sering di
pertanyakan. Jenis – jenis industri apa saja yang tepat untuk dikembangkan
(diunggulkan) ? Ini adalah masalah membangun fortofolio industri suatu daerah.
2. Model analisis pembangunan daerah
Selain teori-teori di atas, ada beberapa metode yang umum
digunakan untuk menganalisi posisi relative ekonomi suatu daerah; salah satu di
antaranya adalah metode analisis shift-share (SS), location questitens, angka
pengganda pendapatan, analisis input output (i-o), dan model perumbuhan
Harold-domar. Berikut adalah sebagian penjelasan dari model analisis dalam
pembagunaan daerah.
a. Analisis SS
Dengan pendekatan analisis ini ,dapat di analisis kinerja
perekonomian suatu daerah dengan membandingkannya dengan daerah yang lebih
besar ( nasional).
b. Location Quotients (LQ)
Yaitu untuk mengukur konsentrasi dari suatu kegiatan ekonomi atau sektor
di suatu daerah dengan cara membandingkan peranannya adalah perekonomian daerah
tersebut dengan peranan dari kegiatan ekonomi atau sektor yang sampai di
tingkat yang sama.
c. Angka Pengganda Pendapatan
Metode ini umum digunakan untuk mengukur potensi kenaikan
pendapatan suatu daerah dari suatu kegiatan ekonomi yang baru atau peningkatan
output dari suatu sektor di daerah tersebut.
d. Analisis Input-Output (I-O)
Analisis I-O merupakan salah satu metode analisis yang sering
digunakan untuk mengukur perekonomian suatu daerah dengan melihat keterkaitan
antarsektor dalam usaha memahami kompleksitas perekonomian daerah tersebut,
serta kondisi yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan antara AS dan
AD.
BAB
VII
Sektor
Pertanian
1.
Sektor Pertanian di Indonesia
·
Selama
periode 1995-1997è PDB sektor pertanian (peternakan,
kehutanan & perikanan) menurun & sektor lain seperti manufaktur
meningkat.
·
Sebelum
krisis moneter, laju pertumbuhan output sektor pertanian < ouput sektor non
pertanian.
·
1999
semua sektor turun kecuali listrik, air dan gas.
Rendahnya
pertumbuhan output pertanian disebabkan:
·
Iklimè kemarau jangka panjang
berakibat volume dan daya saing turun
·
Lahanè lahan garapan petani
semakin kecil
·
Kualitas SDMè rendah
·
Penggunaan Teknologièrendah
Sistem
perdagangan dunia pasca putaran Uruguay (WTO/GATT) ditandatangani oleh 125
negara anggota GATT telah menimbulkan sikap optimisme & pesimisme Negara
LDC’s:
·
Optimisè Persetujuan perdagangan multilateral WTO
menjanjikan berlangsungnya perdagangan bebas didunia terbebas dari hambatan
tariff & non tariff
·
Pesimisè Semua negara mempunyai kekuatan ekonomi yg
berbeda. DC’s mempunyai kekuatan > LDC’s
Perjanjian tersebut merugikan bagi LDC’s, karena produksi
dan perdagangan komoditi pertanian, industri & jasa di LDC’s masih menjadi
masalah besar & belum efisien sebagai akibat dari rendahnya teknologi &
SDM, sehingga produk dri DC’s akan membanjiri LDC’s.
Butir penting
dalam perjanjian untuk pertanian:
·
Negara dengan pasar pertanian tertutup harus
mengimpor minimal 3 % dari kebutuhan konsumsi domestik dan naik secara bertahap
menjadi 5% dalam jangka waktu 6 tahun berikutnya.
·
Trade Distorting Support untuk petani harus
dikurangi sebanyak 20% untuk DC’s dan
13,3 % untuk LDC’s selama 6 tahun.
·
Nilai subsidi ekspor langsung produk pertanian
harus diturunkan sebesar 36% selama 6 tahun & volumenya dikurangi 12%.
·
Reformasi bidang pertanian dalam perjanjian ini
tidak berlaku untuk negara miskin.
Liberalisasi perdagangan
berdampak negatif bagi Indonesia terhadap produksi padi & non gandum. Untuk
AFTA & APEC, liberalisasi perdagangan pertanian menguntungkan Indonesia dengan
meningkatnya produksi jenis gandum lainnya (terigu, jagung & kedelai). AFTAèIndonesia
menjadi produsen utama pertanian di ASEAN dan output pertanian naik lebih dari
31%. Ekspor pertanian naik 40%.
2.
Nilai Tukar Petani
Nilai tukarè nilai tukar suatu barang dengan barang lainnya. Jika harga
produk A Rp 10 dan produk B Rp 20, maka nilai tukar produk A terhadap B =
(PA/PB) x 100% = 1/2. Hal ini berarti 1 produk A ditukar dengan ½ produk B.
Dengan menukar ½ unit B dapat 1 unit A. Biaya opportunitasnya adalah
mengrobankan 1 unit A utk membuat ½ unit B.
Dasar Tukar
(DT):
·
DT
dalam negeriè
pertukaran 2 barang yang berbeda di dalam negeri dg mata uang nasional
·
DT
internasional / Terms Of Tradeè pertukaran 2 barang yang berbeda di dalam negeri
dengan mata uang internasional
Nilai Tukar Petaniè Selisih harga output pertanian
dengan harga inputnya (rasio indeks harga yang diterima petani dengan indeks
harga yang dibayar).
Semakin tinggi
NTPè
semakin baik.
NTP setiap wilayah berbeda dan ini tergantung:
·
Inflasi
setiap wilayah
·
Sistem
distribusi input pertanian
·
Perbedaan ekuilibrium pasar komoditi pertanian
setiap wilayah (D=S)
D>Sè
harga naik & D<Sè harga turun
3.
Investasi di Sektor Pertanian
Investasi di
sektor pertanian tergantung :
·
Laju
pertumbuhan output
·
Tingkat daya saing global komoditi pertanian
Investasi :
·
Langsungè Membeli mesin
·
Tidak
Langsungè Penelitian & Pengembangan
Hasil penelitian:
·
Supranto
(1998)è laju pertumbuhan sektor ini rendah,
karena PMDN & PMA serta kerdit yg mengalir kecil. Hal ini karena resiko
lebih tinggi (gagal panen) dan nilai tambah lebih kecil di sektor pertanian.
Tabel 5.17 Investasi di sektor pertanian & industri manufaktur (Rp
milyar) 1993-96
Sektor
|
1993
|
1994
|
1995
|
1996
|
Pertanian
|
2.735
|
4.545
|
7.128
|
15.284
|
Manufaktur
|
24.032
|
31.922
|
43.342
|
59.218
|
·
Simatupang
(1995)è kredit perbankan lebih banyak megalir ke
sektor non pertanian & jasa dibanding ke sektor pertanian.
Tabel 5.18 Kredit Perbankan di sektor pertanian & industri manufaktur
(Rp milyar) 1993-96
Sektor
|
1993
|
1994
|
1995
|
1996
|
Pertanian
|
7.846
|
8.956
|
9.841
|
11.010
|
Manufaktur
|
11.346
|
13.004
|
15.324
|
15.102
|
Penurunan ini
disebabkan ROI sektor pertanian +/- 15 %,sehingga tidak menarik.
4.
Keterkaitan Pertanian dengan Industri Manufaktur
Salah satu
penyebab krisis ekonomiè kesalahan
industrialisasi yg tidak berbasis pertanian. Hal ini terlihat bahwa laju
pertumbuhan sektor pertanian (+) walaupun kecil, sedangkan industri manufaktur
(-). Jepang, Taiwan & Eropa dalam memajukan industri manufaktur diawali dengan
revolusi sektor pertanian.
Alasan sektor
pertanian harus kuat dalam proses industrialisasi:
·
Sektor
pertanian kuatè pangan terjaminè tidak ada laparèkondisi sospol stabil
·
Sudut
Permintaanè Sektor pertanian kuatè pendapatan riil perkapita naikè permintaan oleh petani terhadap produk industri
manufaktur naik berarti industri manufaktur berkembang & output industri
menjadi input sektor pertanian
·
Sudut Penawaranè
permintaan produk pertanian sebagai bahan baku oleh industri manufaktur
·
Kelebihan
output sektor pertanian digunakan sebagai investasi sektor industri manufaktur
seperti industri kecil di pedesaan.
Kenyataan di Indonesia keterkaitan produksi sektor pertanian dan industri
manufaktur sangat lemah dan kedua sektor tersebut sangat bergantung kepada
barang impor.
BAB VIII
Industrialisasi di Indonesia
1. Konsep dan Tujuan Industrialisasi
Industrialisasiè suatu proses interkasi antara
perkembangan teknologi, inovasi, spesialisasi dan perdagangan dunia untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat dengan mendorong perubahan struktur ekonomi.
Industrialisasi
merupakan salah satu strategi jangka panjang untuk menjamin pertumbuhan
ekonomi. Hanya beberapa Negara dengan penduduk sedikit & kekayaan alam melimpah
seperti Kuwait & libya ingin mencapai pendapatan yang tinggi tanpa
industrialisasi.
2. Faktor-Faktor Pendorong Industrialisasi
a.
Kemampuan teknologi
dan inovasi.
b.
Laju pertumbuhan
pendapatan nasional per kapita.
c.
Kondisi dan
struktur awal ekonomi dalam negeri. Negara yang awalnya memiliki industri
dasar/primer/hulu seperti baja, semen, kimia, dan industri tengah seperti mesin
alat produksi akan mengalami proses industrialisasi lebih cepat.
d.
Besar pangsa pasar
DN yang ditentukan oleh tingkat pendapatan dan jumlah penduduk. Indonesia
dengan 200 juta orang menyebabkan pertumbuhan kegiatan ekonomi.
e.
Ciri
industrialisasi yaitu cara pelaksanaan industrialisasi seperti tahap
implementasi, jenis industri unggulan dan insentif yang diberikan.
f.
Keberadaan SDA.
Negara dengan SDA yang besar cenderung lebih lambat dalam industrialisasi.
g.
Kebijakan/strategi
pemerintah seperti tax holiday dan bebas bea masuk bagi industri orientasi
ekspor.
3. Perkembangan Sektor Industri Manufaktur
Nasional
Industri diklasifikasikan:
a)
Industri
primer/hulu yaitu mengolah output dari sektor pertambangan (bahan mentah)
menjadi bahan baku siap pakai untuk kebutuhan proses produksi pada tahap
selanjutnya
b)
Industri
sekunder/manufaktur yang mencakup: industri pembuat modal (mesin), barang
setengah jadi dan alat produksi, dan industri hilir yang memproduksi produk
konsumsi
A.
Pertumbuhan output.
Pertumbuhan output yang tinggi disebabkan oleh permintaan eksternal yang
tinggi. Pertumbuhan PDB 3 sektor penting di LDCs sebagai berikut:
Sumber Utama Pertumbuhan PDB menurut Tiga Sektor di Negara Berkembang 1970
-1995 (%)
Sektor
|
Laju Pertumbuhan Rata rata
|
Pangsa dari Kontribusi terhadap Pertumbuhan PDB
|
||||||
Pertanian
|
2,7
|
3,4
|
2,4
|
2,9
|
10,5
|
16
|
8,2
|
13,9
|
Manufaktur
|
6,8
|
4,6
|
6,9
|
5,9
|
21,3
|
26
|
32,1
|
22,9
|
Jasa
|
6,3
|
3,6
|
4,5
|
4,9
|
50,3
|
49,4
|
46,4
|
47,6
|
PDB
|
5,7
|
3,5
|
4,7
|
4,6
|
100
|
100
|
100
|
100
|
·
Laju
pertumbuhan output rata rata pertahun untuk sektor manufaktur (22,9 %) lebih
tinggi dari pertanian (13,9%) periode 1970 – 1995.
·
Kontribusi
terhadap pertumbuhan PDB 1970 – 1980 (21,3 %) & 1990 – 1995 (32,1%)
·
Pertmbuhan
output sektor manufaktur karena permintaan eksternal èekspor tinggi
Sumber Utama
Pertumbuhan PDB menurut Tiga Sektor di Negara Asia Timur & Tenggara 1970
-1995 (%)
Sektor
|
Laju Pertumbuhan Rata rata
|
Pangsa dari Kontribusi terhadap Pertumbuhan PDB
|
||||||
Pertanian
|
1,9
|
3,2
|
3,3
|
2,7
|
23,6
|
22,4
|
22,1
|
26,2
|
Manufaktur
|
4,3
|
6,9
|
4,6
|
5,4
|
15,5
|
17,2
|
15,9
|
15,0
|
Jasa
|
4,3
|
6,2
|
5,1
|
5,2
|
49,4
|
49,4
|
52,7
|
46,1
|
PDB
|
3,3
|
5,3
|
4,5
|
4,3
|
100
|
100
|
100
|
100
|
§ Laju pertumbuhan PDB wilayah ini rata rata pertahun 7,4%
periode 1970 – 1995 lebih tinggi dari pertumbuhan PDB dunia 2,9 % dan laju
pertumbuhan PDB negara berkembang 4,6 %
Tingkat perkembangan industri manufaktur dapat dilihat dari pendalaman
struktur industri itu sendiri. Struktur industri:
1. Ragam produk è barang konsumsi, sederhana,
barang konsumsi dg kandungan
teknologi yanglebih canggih,
barang modal,
2. Intensitas pemakain faktor produksiè barang dengan padat karya dan barang
dengan padat modal
3. Orientasi pasar è barang domestik & barang
ekspor
B.
Pendalaman Struktur Industri.
Pembangunan ekonomi jangka panjang dapat merubah pusat kekuatan ekonomi
dari pertanian menuju industri dan menggeser struktur industri yang memiliki
keunggulan kompetitif dan komparatif.
Perubahan struktur industri disebabkan oleh :
a)Penawaran aggregatè perkembangan teknologi,
kualitas SDM, inovasi material baru untuk produksi
b)
Permintaan aggregatè peningkatan pendapatan perkapita yang mengubah volume
& pola konsumsi
Distribusi PDB Per Sektor pada Harga Konstan 1983 -1998 (Milyar Rupiah)
Sektor
|
1983
|
Harga Konstan 1993
|
|||||
1993
|
1994
|
1995
|
1996
|
1997
|
1998
|
||
Primer:
1. Pertanian
2. Pertambangan
|
33,872
17,765
16,107
|
90,460
58,963
16,107
|
92,553
59,291
31,497
|
97,387
61,885
33,262
|
101,567
63,828
35,502
|
103,006
64,478
37,739
|
102,341
64,988
38,538
|
Sekunder:
1. Manufaktur
2. Listrik, gas & Air
3. Konstruksi
|
14.807
9,896
314
4,597
|
99,359
73,556
3,290
22,513
|
112,210
82,649
3,703
25,585
|
125,127
91,637
4,292
29,198
|
140,061
102,260
4,877
32,914
|
148,456
107,630
5,480
35,346
|
121,465
94,848
5,582
21,035
|
Tersier:
1. Perdag,
Hotel,
Restoran
2. Transportasi &
Komunikasi
3. Bank & Keuangan
4. Penyewaan
& Real
Estate
5. Jasa
Lainnya
|
28,944
11,419
4,098
2,359
2,356
8,712
|
139,956
55,298
23,249
14,005
9,695
37,709
|
149,880
59,504
25,189
15,945
10,087
39,155
|
161,279
64,231
27,329
18,109
10,643
40,967
|
172,170
69,475
29,701
18,887
11,266
42,841
|
181,785
73,524
31,783
19,956
11,826
44,696
|
152,246
60,253
26,975
13,173
9,476
42,369
|
PDB
|
77,623
|
329,776
|
354,641
|
383,792
|
413,797
|
433,246
|
376,051
|
§ Sejak th 1983
-1990 Sektor primer turun, sedangkan sektor sekunder & tersier
meningkat
§ Dekade 1980, Pangsa PDB sektor primer lebih tinggi dari
industri manufaktur
§ 1990 Pangsa PDB sektor manufakturlebih tinggi dari sektor
premier
§ Laju pertumbuhan sektor primer lebih lambat dari sektor
sekunder dan tersier
Pertumbuhan PDB pada Harga Konstan 1995 -1998 (%)
Sektor
|
Harga Konstan 1993
|
|||
1995
|
1996
|
1997
|
1998*)
|
|
1. Pertanian
2.
Pertambangan
3. Manufaktur
4. Listrik Gas
& Air
5. Konstruksi
6. Perdag,
Hotel, Restoran
7. Transportasi &
Komunikasi
8. Bank &
Keuangan
9. Jasa
Lainnya
|
4,38
6,74
10,88
15,91
12,92
7,94
8,5
11,04
3,27
|
3
5,82
11,59
12,78
12,76
8
8,68
9
3,4
|
0,72
1,71
6,42
12,75
6,43
5,8
8,31
6,45
2,84
|
0,22
-4,16
-12,88
3,7
39,74
18,95
12,8
26,74
4,71
|
PDB
|
8,22
|
7,98
|
4,71
|
13,68
|
PDB tanpa
Migas
|
9,24
|
8,34
|
5,45
|
14,78
|
*) Angka
Sementara
§ Tahun 1995
Pertumbuhan PDB 4,38 % dan th 1998 menurun sampai menjadi 0,22% sebagai akibat
krisis
§ Listrik Gas & Air mampu bertahan terhadap
krisis
§ Pertanian tetap
tumbuh karena ekspor mengalami pertumbuhan positif sebagai
akibat dari kurs rupah yang jatuh,
sehingga harga produk murah
Berdasarkan analisis tingkat pendalaman struktur industri :
·
Orientasi
perkembangan industri manuafktur di Indonesia masih pada barang konsumsi sederhana
seperti makanan, minuman pakaian jadi sampail bambu, rotan & kayu
·
Sisi
permintaan aggergat, pasar domestik barang konsumsi berkembang pesat seiring
laju penduduk & peningkatan pendapatan masyarakat per kapita
·
Sisi
penawaran aggregat, Sarana dan prasarana menunjang untuk produksi barang konsumsi
tersebut dibandingkan barang modal
·
Aspek
teknolgi, kandungan teknologi barang konsumsi lebih rendah
C.
Tingkat Teknologi produk manufaktur.
Teknologi yang digunakan dalam industri manufaktur mencakup:
a)
Teknologi tinggi
mencakup: komputer, obat-obatan, produk elektronik, alat komunikasi dan
sebagainya
b)
Teknologi sedang
mencakup: plastik, karet, produk logam sederhana, penyulingan minyak, produk
mineral bukan logam
c)
Teknolgi rendah
mencakup: kertas, percetakan, tekstil, pakaian jadi, minuman, rokok, dan mebel
Tingkat Teknologi produksi manufaktur beberapa negara
Negara
|
Tek. Tinggi
|
Tek. Sedang
|
Tek. Rendah
|
|||
1985
|
1997
|
1985
|
1997
|
1985
|
1997
|
|
Taiwan
|
33
|
52
|
34
|
31
|
33
|
17
|
Korsel
|
36
|
53
|
30
|
29
|
34
|
18
|
Malaysia
|
34
|
51
|
30
|
30
|
36
|
19
|
Filipina
|
23
|
38
|
19
|
20
|
58
|
42
|
Indonesia
|
15
|
28
|
47
|
25
|
38
|
47
|
India
|
33
|
40
|
30
|
29
|
37
|
31
|
Polandia
|
30
|
33
|
32
|
30
|
39
|
37
|
Argentina
|
34
|
30
|
19
|
22
|
47
|
48
|
Afrika Selatan
|
25
|
26
|
40
|
39
|
35
|
34
|
Pertumbuhan ekspor Indonesia menurut intensitas FP.
Jumlah jenis produk
|
Jenis produk
|
Nilai ekspor (US$juta)
|
% Pertumbuhan
1995
|
|
1994
|
1995
|
|||
16
|
Padat SDA
|
12.604,8
|
14.617,4
|
16
|
11
|
Padat Karya dengan ketrampilan rendah
|
8.028
|
8.606,5
|
9,7
|
7
|
Padat Karya dengan ketrampilan tinggi
|
2.688,2
|
3.093,9
|
15,1
|
4
|
Padat teknologi tinggi
|
1.032,3
|
1.304,4
|
26,3
|
Kinerja Sektor Manufaktur 1985-1997 (%)
|
Perub. Struktural
|
Pertumbahan
Rata-Rata Per Tahun (%)
|
|||||
1985
|
1997
|
1999
|
|
1985-88
|
1989-93
|
1994-99
|
|
% NTM
% Manufaktur dalam Ekspor
|
11
14
|
23
47
|
23
47
|
NTM
EM
E4
|
12
33
36
|
22
27
28
|
12
7
1
|
NTM = Nilai tambah manufaktur, EM = Ekspor manufaktur, E4 = Ekspor 4 produk
unggulan: kayu lapis, tekstil, pakaian jadi dan alas kaki.
§ Sebelum krisis
mengalami kenaikan
§ Selama krisis
mengalami penurunan
Struktur Output Asean1980-1995 (%)
Negara
|
Nilai Tambah
dari PDB
|
|||||
Pertanian
|
Industri
Manufaktur
|
Jasa
|
||||
1980
|
1995
|
1980
|
1995
|
1980
|
1995
|
|
Indonesia
|
24
|
16
|
13
|
24
|
34
|
41
|
Malaysia
|
22
|
13
|
21
|
3
|
40
|
44
|
Filipina
|
25
|
22
|
26
|
23
|
36
|
46
|
Myanmar
|
47
|
63
|
10
|
7
|
41
|
28
|
Singapura
|
1
|
0
|
29
|
27
|
61
|
64
|
Thailand
|
23
|
11
|
22
|
29
|
48
|
49
|
Vietnam
|
|
28
|
|
22
|
|
42
|
§ Kontribusi pembentukan PDB dari industri manufaktur
relative kecil dibanding
malaysia dan thailand
Pertumbuhan Output Asean1980-1995 (%)
Negara
|
Nilai Tambah
dari PDB
|
|||||
Pertanian
|
Industri
Manufaktur
|
Jasa
|
||||
1980-90
|
1990-93
|
1980-90
|
1990-93
|
1980-90
|
1990-93
|
|
Indonesia
|
3,4
|
2,9
|
12,6
|
11,2
|
7
|
7,4
|
Malaysia
|
3,8
|
2,6
|
8,9
|
13,2
|
4,2
|
8,6
|
Filipina
|
1,0
|
1,6
|
0,2
|
1,8
|
2,8
|
2,7
|
Myanmar
|
0,5
|
5,1
|
-0,2
|
7
|
0,7
|
5,5
|
Singapura
|
-6,2
|
0,5
|
6,6
|
8,3
|
7,2
|
8,4
|
Thailand
|
24,0
|
3,1
|
9,5
|
11,6
|
7,3
|
7,8
|
D.
Ekspor
Kinerja ekspor
dapat digunakan untuk mengukur hasil pembangunan industry manufaktur.
Tingkat Ekspor
Manufaktur dan Sahamnya dalam Ekspor Total. (US$)
|
Ekspor
Manufaktur per US1,000 dari PDB
|
% pangsa dalam
ekspor total
|
||||
1985
|
1997
|
%/TAHUN
|
1985
|
1997
|
BEDA
|
|
Thailand
|
69
|
267
|
12
|
38
|
71
|
33
|
Korsel
|
293
|
267
|
-1
|
91
|
91
|
0
|
Malaysia
|
136
|
611
|
13
|
27
|
77
|
50
|
Filipina
|
40
|
135
|
11
|
27
|
45
|
18
|
Indonesia
|
31
|
132
|
15
|
14
|
52
|
28
|
India
|
25
|
66
|
8
|
58
|
74
|
16
|
Polandia
|
102
|
138
|
3
|
63
|
73
|
10
|
Argentina
|
20
|
28
|
3
|
21
|
34
|
13
|
Afrika Selatan
|
Na
|
91
|
15
|
Na
|
58
|
-
|
E.
Ketergantungan Impor
Ketergantungan
terhadap impor juga merupakan indicator keberhasilan pembangunan sektor
industry.
Saldo Neraca
Perdagangan Manufaktur Indonesia (US$ milyar)
Periode
|
Nilai ekspor
|
Nilai impor
|
Saldo
|
1975-1981
|
0,8
|
6,3
|
-5,5
|
1982-1984
|
1,8
|
10,3
|
-8,5
|
1985-1988
|
3,9
|
8,8
|
-4,9
|
1989-1993
|
13,4
|
18,6
|
-5,1
|
1994-1997
|
24,4
|
29,5
|
-5,1
|
1998-1999
|
27,2
|
16,9
|
10,3
|
4. Permasalahan Industrialisasi
Industri manufaktur di LDCs lebih terbelakang dibandingkan di DCs, hal ini
karena :
|
1. Keterbatasan teknologi
2. Kualitas Sumber daya Manusia
3. Keterbatasan dana pemerintah (selalu difisit) dan sektor swasta
4. Kerja sama antara pemerintah, industri dan lembaga pendidikan &
penelitian
masih rendah
Masalah dalam industri manufaktur nasional :
1. Kelemahan struktural
·
Basis
ekspor & pasar masih sempitè walaupun Indonesia mempunyai banyak
sumber daya alam & TK, tapi produk & pasarnya masih terkonsentrasi:
a. terbatas pada empat produk (kayu lapis, pakaian
jadi, tekstil & alas kaki)
b. Pasar tekstil & pakaian jadi terbatas
pada beberapa negara: USA, Kanada, Turki & Norwegia
c. USA, Jepang & Singapura mengimpor 50%
dari total ekspor tekstil & pakaian jadi dari Indonesia
d. Produk penyumbang 80% dari ekspor manufaktur
indonesia masih mudah terpengaruh oleh perubahan permintaan produk di pasar
terbatas
e. Banyak produk manufaktur terpilih padat
karya mengalami penurunan harga muncul pesaing baru seperti Cina &
Vietnam
f. Produk
manufaktur tradisional menurun daya saingnya sebagai akibat faktor internal
seperti tuntutan kenaikan upah
·
Ketergantungan impor sangat tinggi
1990, Indonesia
menarik banyak PMA untuk industri berteknologi tinggi seperti kimia,
elektronik, otomotif, dsb, tapi masih proses penggabungan, pengepakan dan
assembling dengan hasil:
a.
Nilai impor bahan baku, komponen & input perantara
masih tinggi di atas 45%
b.
Industri
padat karya seperti tekstil, pakaian jadi & kulit bergantung kepada impor
bahan baku, komponen & input
perantara masih tinggi.
c.
PMA sektor
manufaktur masih bergantung kepada suplai bahan baku & komponen dari LN
d.
Peralihan
teknologi (teknikal, manajemen, pemasaran, pengembangan organisasi dan
keterkaitan eksternal) dari PMA masih terbatas
e.
Pengembangan
produk dengan merek sendiri dan pembangunan jaringan pemasaran masih terbatas
·
Tidak
ada industri berteknologi menengah
a. Kontribusi industri berteknologi menengah
(logam, karet, plastik, semen) terhadap pembangunan sektor industri manufaktur
menurun tahun 1985 -1997.
b. Kontribusi produk padat modal (material
dari plastik, karet, pupuk, kertas, besi & baja) terhadap ekspor menurun
1985 – 1997.
c. Produksi produk dengan teknologi rendah
berkembang pesat.
·
Konsentrasi regional
Industri menengah & besar terkonsentrasi di Jawa.
2. Kelemahan organisasi
·
Industri
kecil & menengah masih terbelakangèproduktivtas rendahè Jumlah TK masih banyak (Padat Karya)
·
Konsentrasi
Pasar
·
Kapasitas
menyerap & mengembangkan teknologi masih lemah
·
SDM
yang lemah
5. Strategi Pembangunan Sektor Industri
a. Strategi
substitusi impor (Inward Looking).
Bertujuan
mengembangkan industri berorientasi domestik yang dapat menggantikan produk impor. Negara yang menggunakan strategi ini adalah
Korea & Taiwan.
Pertimbangan menggunakan strategi ini:
·
Sumber
daya alam & Faktor produksi cukup tersedia
·
Potensi
permintaan dalam negeri memadai
·
Sebagai
pendorong perkembangan industri manufaktur dalam negeri
·
Kesempatan
kerja menjadi luas
·
Pengurangan
ketergantungan impor, sehingga defisit berkurang
b. Strategi
promosi ekspor (outward Looking)
Berorientasi ke pasar internasional dalam usaha pengembangan industri dalam
negeri yang memiliki keunggulan bersaing.
Rekomendasi agar strategi ini dapat berhasil :
·
Pasar
harus menciptakan sinyal harga yang benar yang merefleksikan kelangkaan barang
ybs baik pasar input maupun output
·
Tingkat
proteksi impor harus rendah
·
Nilai
tukar harus realistis
·
Ada
insentif untuk peningkatan ekspor
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Otonomi_daerah_di_Indonesia/
http://bappeda.langkatkab.go.id/berita/artikel/24-pembangunan-ekonomi-daerah.html
https://syukriy.wordpress.com/2013/04/22/perubahan-apbd/
http://www.negarahukum.com/hukum/pendapatan-asli-daerah.html
http://anisasaleh.blogspot.com
http://bappeda.langkatkab.go.id/berita/artikel/24-pembangunan-ekonomi-daerah.html
https://syukriy.wordpress.com/2013/04/22/perubahan-apbd/
http://www.negarahukum.com/hukum/pendapatan-asli-daerah.html
http://anisasaleh.blogspot.com
http://candygloria.wordpress.com/2011/03/18/kemiskinan-dan-kesenjangan-pendapatan/
http://lihannoor.blogspot.com/2011/05/bab-4-kemiskinan-dan-kesenjangan.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Garis_kemiskinan
http://tiwimuliawan.blog.com/2009/10/13/ekonomi-indonesia/
http://www.bimbie.com/kemiskinan.htm
http://www.tnp2k.go.id
http://www.worldbank.org/in/country/indonesia/brief/reducing-extreme-poverty-in-indonesia
http://lihannoor.blogspot.com/2011/05/bab-4-kemiskinan-dan-kesenjangan.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Garis_kemiskinan
http://tiwimuliawan.blog.com/2009/10/13/ekonomi-indonesia/
http://www.bimbie.com/kemiskinan.htm
http://www.tnp2k.go.id
http://www.worldbank.org/in/country/indonesia/brief/reducing-extreme-poverty-in-indonesia
SOAL
1.
Tingkat minimum pendapatan yang dianggap perlu
dipenuhi untuk memperoleh standar hidup yang mencukupi di suatu negara adalah …
a.
Garis kemiskinan *
b.
Garis pendapatan
c.
Batas maksimum pendapatan
d.
Batas minimum pendapatan
2.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi langsung
maupun tidak langsung tingkat kemiskinan yaitu, kecuali …
a.
Mulai dari tingkat dan laju pertumbuhan output
(atau produktifitas tenaga kerja)
b.
Tingkat upah neto
c.
Distribusi pendapatan
d.
Jumlah penduduk *
3.
Dampak dari kemiskinan terhadap masyarakat
adalah …
a.
Pengangguran
b.
Kekerasan
c.
Konflik sosial bernuansa SARA
d.
Semua benar *
4.
Penyebab kemiskinan yaitu, kecuali…
a.
Individual
b.
Keluarga
c.
Struktural
d.
Situasional *
5.
Gaji atau honor yang dikendalikan oleh orang atau pihak
lain merupakan contoh penyebab kemiskinan dari faktor …
a.
Penyebab agensi *
b.
Penyebab sub-budaya
c.
Penyebab Keluarga
d.
Penyebab Struktural
6. Hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan adalah …
a.
Otonomi Daerah *
b.
Pemerintah Daerah
c.
Pokok-Pokok pemerintahan
d.
APBD
7.
Aturan perundang-undangan yang berhubungan
dengan pelaksanaan Otonomi Daerah adalah, kecuali…
a.
Undang-Undang No. 5 Tahun 1974
b.
Undang-Undang No. 22 Tahun 1999
c.
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004
d.
Undang-Undang No. 99 Tahun 1997 *
8.
Faktor-faktor utama penyebab terjadinya
ketimpangan ekonomi antar provinsi di Indonesia adalah …
a.
Konsentrasi Kegiatan Ekonomi Wilayah
b.
Alokasi Investasi
c.
Semua benar *
d.
Semua salah
9.
Teori yang dapat menerangkan kenapa ada
perbedaan dalam tingkat pembangunan ekonomi antardaerah diantaranya yang umum
digunakan adalah …
a.
Teori basis ekonomi
b.
Teori lokasi
c.
Teori daya tarik industry
d.
Semua benar *
10. Metode yang umum digunakan untuk menganalisi posisi relative ekonomi
suatu daerah adalah …
a.
Metode analisis shift-share (SS)
b.
Analisis input output (i-o)
c.
Model pertumbuhan Harold-domar
d.
Semua Benar *
11. Rendahnya
pertumbuhan output pertanian disebabkan oleh, kecuali …
a.
Iklim
b.
Lahan
c.
Kualitas SDM
d.
Pemerataan pendapatan *
12. Nilai Tukar Petani setiap wilayah berbeda
dan ini tergantung ...
a.
Inflasi
setiap wilayah
b.
Sistem
distribusi input pertanian
c.
Perbedaan ekuilibrium pasar komoditi pertanian
setiap wilayah (D=S)
d.
Semua benar *
13. Selisih harga output pertanian dengan
harga inputnya (rasio indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga
yang dibayar) adalah ...
a.
Nilai
Tukar Pokok
b.
Nilai
Tukar Petani *
c.
Nilai
Tukar Pendapatan
d.
Semua
salah
14. Contoh peristiwa rendahnya
pertumbuhan output pertanian disebabkan oleh iklim adalah …
a.
kemarau jangka panjang berakibat volume dan daya
saing turun *
b.
tanah yang tandus
c.
irigasi
yang buruk
d.
Kualitas
SDM yang buruk
15. Sektor yang termasuk ke dalam pertanian
adalah, kecuali ...
a.
Peternakan
b.
Kehutanan
c.
Perikanan
d.
Manufaktur
*
16. Contoh negara yang mencapai pendapatan tanpa
industrialisasi adalah ...
a.
Indonesia
dan Inggris
b.
Kuwait
dan Libya *
c.
Malaysia
dan Papua Nugini
d.
Amerika
dan Kanada
17. Faktor-Faktor Pendorong Industrialisasi
adalah ...
- Kemampuan teknologi dan inovasi
- Laju pertumbuhan pendapatan nasional per kapita
c. Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam
negeri
d. Semua benar *
18.
Industri
pembuat modal (mesin) termasuk klasifikasi industri ...
a. Industri primer/hulu
b. Industri sekunder/manufaktur *
c. Industri tersier
d. Industri parsial
19.
Perubahan
struktur industri disebabkan oleh ...
a. Permintaan agregat
b. Penawaran agregat
c. Semua benar *
d. Semua salah
20.
Komputer,
obat-obatan, produk elektronik, alat komunikasi dan sebagainya termasuk tingkat
teknologi manufaktur ...
a. Teknologi tinggi *
b. Teknologi sedang
c. Teknologi rendah
d. Teknologi menengah